Kamis, 31 Maret 2011

PTERIDOPHYTA

Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi.
Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman Karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena merajai hutan-hutan di bumi. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil sekarang ditambang orang sebagai batu bara.
Ciri dan Struktur Pteridophyta :
memiliki akar, batang,dan daun sejati
memiliki jaringan pembuluh angkut
batang tumbuh mendatar di dalam tanah disebut rimpang/rizom
ukuran daun bervariasi : mikrofil dan makrofil
Berdasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi
1. Sporofil : daun yang menghasilkan spora
2. Tropofil : daun yang berfungsi untuk asimilasi
• Pada permukaan bawah sporofil dewasa terdapat sorus yaitu suatu badan yang terdiri atas kelompok sporangium/kotak spora
• Sorus yang masih muda ditutupi oleh selaput pelindung (indusium)
• Pada sporangium terdapat sejumlah sel penutup berdinding tebal & menyerupai cincin disebut anulus


Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rizoma yang menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung (seperti gagang biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu daun majemuk. Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga membentuk belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain.
Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) juga memiliki daur seperti ini tetapi telah berevolusi lebih jauh sehingga tahap gametofit tidak mandiri. Spora yang dihasilkan langsung tumbuh menjadi benang sari atau kantung embrio.
Daur hidup tumbuhan paku :
Generasi Gametofit :
- Ditandai dengan adanya protalium
- Pada protalium terdapat gametangium yang membentuk anteridium (menghasilkan sperma) & arkegonium (menghasilkan ovum)
- Fertilisasi menghasilkan zigot
- Zigot berkembang menjadi tumbuhan paku baru
Generasi Sporofit :
- Tumbuhan penghasil spora
- Spora dihasilkan oleh sporofil
- Spora yang jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi tumbuhan baru berupa protalium
Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan menjadi:
1. Paku Homospora/isospora
2. Paku Heterospora/anispora
3. Paku peralihan/homospora & heterospora
1.Paku homospora/isospora
Merupakan kelompok tumb.paku yang menghasilkan 1 macam spora yang berukuran sama
Contoh : Lycopodium (paku kawat)
< Skema metagenesis paku homospora

2. Paku heterospora/anisospora
Yaitu Paku yang menghasilkan dua macam spora dengan ukuran yang berbeda.Contoh: Selaginella sp (paku rane), Marsilea crenata (semanggi)



Skema Metagenesis Paku Heterospora

3.Paku peralihan antara Homospora dan Heterospora
Yaitu Paku yang menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama tetapi ada yang berkelamin jantan dan betina. Contoh: Equisetum debile (paku ekor kuda).


Skema Metagenesis Paku Peralihan


KLASIFIKASI
• Divisi Psilotophyta
• Divisi Lycopodophyta
• Divisi Equisetophyta
• Divisi Pteridophyta
Divisi Psilotophyta
• Merupakan paku yang hampir punah
• Tidak memiliki daun atau akar sejati
• Memiliki rizoid
• Contoh : Psilotum
Divisi Lycopodophyta
• Jumlahnya mencapai 1.000 spesies
• Mikrofil tersusun spiral
• Sporangium muncul dari ketiak daun & berkumpul membentuk strobilus
• Pada umumnya epifit
• Contoh : Lycopodium & Selaginella
Divisi Equisetophyta
• Jumlahnya sekitar 15 spesies
• Habitat ; tempat lembab
• Daun bersisik, tersususn melingkar pada setiap buku
• Tinggi mencapai 1,3 m
• Ujung batang terdapat strobilus kekuning-kuningan
• Contoh ; Equisetum
Divisi Pteridophyta
• Memiliki makrofil dengan tulang daun dan mesofil
• Tingginya bervariasi ; dari yang tampak seperti lumut hingga menjulang seperti pohon
• Contoh
1. Alsophilla glauca (paku tiang)
2. Gleichenia linearis (paku resam)
3. Adiantum cuneatum (suplir)
4. Marsilea crenata (semanggi)
C. Alat dan Bahan
D. Langkah Kerja
Ambil preparat yang sudah ditentukan.
Amati dengan lup, gambar morfologi dan sebutkan bagian dari preparat.
Buat deskripsi sementara yang meliputi bentuk morfologi, bentuk sel, cara hidup, perkembangbiakan, tempat hidup, kemudian bandingkan dengan literatur.
Buat klasifikasi dan deskripsi yang sebenarnya, meliputi bentuk morfologi, bentuk sel, cara hidup, perkembangbiakan, tempat hidup dan manfaat.






E. Hasil Pengamatan

1. Ophioglossum pendulum

















Morfologi: bentuknya hamper menpunyai paku tanduk uncal, daun-daunnya lemah, akarynya sedikit dan rimpangnya berdaging, berbentuk seperti pita dan ujungnya tumpul, pada bagian pangkalnya menyempit. Sporanya terletak antara lekukan-lekukan bulir, dan warnanya hijau.
Habitat: Menggantung dan tumbuh pada jenis tumbuhan tertentu, terutama pohon palem, ketinggian mencapai 1600 m dpl.
Reproduksi: Seksual dengan membentuk sporangium, sedangkan aseksual dengan bantuan spora.
Manfaat: Sebagai tanaman hias simbar gedang yang menarik, daun simbar gedang yang dihaluskan dan dicampur dengan minyak kelapa dapat dipakai untuk obat luar.
Keasaman: 5,5, kebasaan: 6,5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar